Fail
No. 04
Wawancara
Psikolog Sekolah
Senin
25 September. Tahun ajaran 19/20
-
Boleh
perkenalkan namamu siapa?
- Namaku
Dokter Ayana. Psikolog murid di SMA C…. maaf aku tidak boleh menyebutkan nama
sekolahnya karena aku akan melanggar etika pembahasan isu kepada orang asing.
-
Sangking
malunya sekolah ini hingga kami para jurnalis dan wartawan tidak boleh tau?
Apakah ada pernah kejadian masa lalu yang membuat sekolah menjadi lebih
tertutup?
-
Ya,
jawabannya benar. Sekolah ini mempunyai kejadian yang mengerikan hingga
sekarang.
-
Baiklah.
Tetapi sepertinya waktu kami tidak banyak untuk mewawancarai anda.
-
Baguslah
kalau begitu.
-
Sesuai
yang anda harapkan, maka kami akan langsung ke pertanyaan inti saja
-
…
-
Apakah
anda tau dengan anak bernama Lorentz? Emmm… nama panjangnya Laurentius Satrya.
-
Oh,
ternyata anak laki – laki itu. Ya, bahkan dia selalu ke ruang guru untuk
membantu guru yang meminta tolong kepadanya.
-
Apakah
anda ingin memamerkan dia karena dia merupakan siswa favorit anda?
-
Tidak
tidak tidak. Aku katakan tidak. Dia bukanlah murd favorit atau bagaimana.
Sebenarnya dia nakal. Dia dikenal karena ketampanannya saja sayangnya.
-
Aku
kira dia merupakan siswa favorit anda, Dan juga, aku mengira bahwa dia
merupakan anak baik.
-
Tidak
semudah perkiraanmu! Kau harus tau dari dalamnya, jangan menyimpulkan dari
luarnya saja!
-
Ya,
baiklah. Terimakasih atas sarannya.
-
Sama
– sama, dan seterusnya kau mau menanyakan siswa mana lagi?
-
Kedua,
aku mau menanyakan tentang satu murid lagi. Kau tau siswa Bernama Antonine? Ya,
benar. Kurasa yang kuingat Namanya seperti itu, tetapi aku tidak tau nama
panjangnya.
-
Ulangi?
-
Kau
seharusnya tau kan dengan siswa Bernama Antonine?
-
…
-
Tdiak
ada jawaban?
-
Emmm….
-
Kau
sengaja menyembunyikan?
-
Tidak…
aku tidak bermaksud seperti itu…. Tetapi…
-
Ada
apa?
-
Baiklah,
aku mengenalnya. Dan dia cukup sering ke ruanganku.
-
Hubungan
kalian dekat?
-
Tidak,
walaupun aku lebih sering bertemu dengannya daripada siswa – siswi yang lain.
-
Jadi?
-
Kau
ingin mengambil kesimpulan?
-
Bukan
seperti itu, sebenarnya aku masih mempunyai waktu 20 menit lagi untuk
mewawancaraimu, dan sepertinya aku akan Kembali lagi besok…
-
Kukira
bakal habis.
-
Tidak
seperti yang kau bayangkan, dan sebenarnya aku ingin menanyai hal – hal apa
yang kau bicarakan dengannya?
-
Maaf,
itu sudah melanggar batas protokol privasi…
-
Kenapa
harus melanggar? Padahal sebenarnya protokol itu bisa dibatalkan jika ada
alasan yang kuat, dan tujuanku ke sini untuk merekam psikologis anak itu?
-
Apakah
itu akan dimasukan ke berita?
-
Jika
atasan ku menemui jurnal itu maka sepertinya 70 persen berpotensi masuk kedalab
berita di TV. Ya, semoga saja atasanku tidak menemui jurnal jika kau berharap
Anton tidak dimasukan kedalam berita. Lagipula sebenarnya, aku mempunyai akun
blogger yang di privasi olehku. Dan sepertinya aku akan memasukan kedalam
jurnal pribadi ku sendiri, benar untuk diri sendiri.
-
Jawabanmu
tidak meyakinkan.
-
Lebih
baik kau berdoa saja agar atasanku tidak iseng untuk mengacak – acak dookumen
jurnalku. Atau aku membuat perjanjian padamu saja, bahwa semua tentang Anton
akan kusimpan dalam jurnal pribadiku yang benar – benar privasi dan kemungkinan
tidak ada yang bakal tau bahwa aku meliputi masalah yang ada pada Anton.
Lagipula semua temanku berada diluar.
-
Kuharap
kau adalah orang yang dapat kupercayai. Jadi, Anton sendiri mempunyai hubungan
dengan keseraman SMA ini.
-
Sudah
kuduga.
-
Kau
sudah menduga dari tadi?
-
Lihat
saja perilakumu pada saat aku berkeinginan mengetahui tentang Anton.
-
Itulah
alasannya aku akan menjaga semua tentangnya. Dan aku takut jika dibunuh
olehnya.
-
Apakah
kau mempunyai perjanjian dengannya?
-
Tentu
saja. Aku merupakan sasaran yang tepat untuk dijadikan wadah penampung dari
anak itu. Dan maaf jika aku sempat berbohong tentang hubunganku dengannya.
Sebenarnya aku cukup dekat dengannya, atau… mungkin sangat dekat jika kamu
melihatnya dari sudut pandang siswa – siswi disini.
-
Aku
tidak berharap ada pernyataan seperti itu. Intinya aku ingin mengetahui tentang
anak itu. Dan waktuku tersisa 15 menit lagi. Pertanyaanku berikutnya, apakah
perjanjian itu menjelaskan jika kau memberitahu kepada orang lain akan
membuatmu dibunuh olehnya?
-
Tidak,
tidak ada konsekuensi yang dijelaskan secara eksplisit. Sebenarnya aku takut
dia mengetahui, dan marah kepadaku.
-
Bukannya
dia jarang marah?
-
Kau
tau darimana?
-
Aku
sempat menanyakan kepada walikelasnya sendiri. Dan tentang ia tidak pernah
marah sekalipun menjadi isu yang dibicarakan oleh warga sekolah.
-
Sebenarnya
dia bisa marah, tetapi dengan karakter dia sendiri.
-
Memangnya
jika marah dia akan seperti apa? Lagipula dia bukan monster, hanya anak yang
mempunyai sedikit kesalahan dalam psikologisnya bukan?
-
Kau
mengetahui Riwayatnya juga?
-
Sedikit
tau dari beberapa referensi berita dan jurnal psikologis temanku. Ia memasukkan
contoh dari berita seram dari sekolah ini. Bahwasannya sekolah ini mempunyai
anak yang berperilaku seperti pembunuh…
-
Kau
sering membaca jurnal orang lain juga ya?
-
Bisa
dikatakan “iya”
-
Kalau
begitu kenapa kau tidak melihat analisis di jurnal temanmu yang kau baca?
-
Informasinya
tidak selengkap yang kau punya. Dan kau sendiri sedikit terkenal di kalangan
Jurnalis seperti aku, karena kau kadang – kadang masuk kedalam wawancara di
berita – berita, jika ada kejadian mengerikan di skeolah ini ada lagi.
-
Baiklah.
Kau memaksakanku untuk menyebar rahasia Anton yang aku simpan. Jadi Anton ini
memliki masalah psikologis yang buruk.
-
…
-
Anton
sendiri merupakan otak pelaku dari beberapa kejadian buruk yang aku ketahui.
-
Memangnya
sekolah ini memiliki banyak tragedi?
-
Sebelum
aku direkut menjadi psikolog sekolah ini. Hari ketiga aku kerja saja sudah ada
kejadian pembunuhan siwa disini. Bahkan aku tidak bisa menghitung berapa
semuanya, dan disuatu saat aku pernah berpikir untuk mengundurkan diri sebagai
psikolog remaja di sekolah ini.
-
Sungguh
membingungkan tentang keamanan sekolah ini.
-
Ya,
bahkan sekolah ini mendapatkan predikat sekolah “ttidak aman” se-provinsi dan
masuk kedalam daftar merah.
-
Jadi,
sekolah ini termasuk kedalam fasilitas yang berada didalam situasi yang sulit?
-
Dulu
hanya Level 2. Tetapi peristiwa pembunuhan itu malah semakin banyak. Jadinya
dinas Pendidikan daerah menaikkan level peringatan ke level 3. Semoga saja
nanti turun. Atau malah aku berharap system teguran tingkatan itu dihapus.
Walaupun tujuannya bagus untuk keamanan dan itupun terlahir dari kejadian yang
sama yang dialami oleh sekolah ini.
-
Ya,
harap saja para petugas sekolah ini tidak malas untuk menjaga keamanan. Dan
juga semoga para guru lebih insentif lagi mengajarkan Pendidikan karakter
kepada siswa – siswi di sekolah ini. Ya, aku berharap jika Pendidikan moral
diutamakan juga. Karena kebanyakan isi kritik tentang peristiwa di sekolah ini,
para orangtua mempertanyakan Pendidikan karakter itu sendiri. Orangtua jaman
sekarang sepertinya sedikit was was melihat anaknya disekolah menjadi
berandalan. Padahal dirumah anak – anak nya sudah diajarkan prinsip moral dari
orangtuanya sendiri.
-
Oleh
karena itu jasaku dipakai oleh sekolah ini! Maka aku harus membuat laporan
secara rinci dan detail Bersama tim konseling yang beranggotakan 15 orang.
-
Kukira
sekolah ini tidak ada tujuan tertentu merekut anda.
-
Tentu
saja. Jasa kami dipakai untuk menangani isu itu. Untungnya sekolah ini, sekolah
negeri. Dan aku juga termasuk kategori PNS.
-
Sepertinya
kita ada yang melupakan sesuatu.
-
Jadi
kau benar – benar ingin mengetahui lebih lanjut? Padahal itu merupakan klu
terbesar yang aku kasih..
-
Ceritakan
saja sebentar, dan karena topik kita sudah diluar jalur, malah membuat aku
hanya membuang – buang waktu saja. Sekarang waktuku hanya tersisa 5 menit.
-
Benar
– benar jadi?
-
…
(menanggukkan kepala)
-
Baiklah.
Anton itu biasanya orang yang suka tersenyum Ketika melihat orang lain
mempunyai masalah. Tetapi ia sendiri seperti orang yang tidak mempunyai
perasaan.
-
Maksudmu?
Tidak mempunyai perasaan?
-
Kau
tau kan jika kesadaran manusia bisa jatuh ke titik terendah?
-
Ya,
pernyataan itu cukup populer dikalangan jurnalis dan teman – temanku.
-
Seperti
itulah Anton. Dia seperti salah satu ciri yang berada didalam orang orang yang kesadarannya
berada di titik terendah. Bahkan, menurut psikolog seniorku. Orang seperti
Anton sendiri sudah benar – benar berada di dimensi paling bawah kesadaran
manusia.
-
Itu
cukup logis.
-
Tentu.
Proyeksinya akan seperti itu.
-
Tetapi
aku ingin tau, bagaimana anda bisa mengaitkan Anton dengan tiga tahun terburuk
sekolah ini. Apakah anda tau bukti kuatnya dari mana?
-
Maaf,
mungkin alasanku akan sedikit bisa dibilang menuduh Anton. Tetapi, semua itu
berdasarkan apa yang diceritakan olehnya kepadaku sendiri. Dan ia selalu
menyebutkan halaman belakang sekolah, dan juga Junior yang menantang kakak
kelasnya.
-
Berdasarkan
data terakhirnya… apakah data anal yang meninggal kebanyakan anak kelas 10 dan
kelas 11?
-
Tahun
ajaran 19/20 ini dia sudah berada di kelas tiga. Walaupun aku tidak tua
kisahnya ia bisa menyebut bahwa ada dua kakak kelas yang pernah ia bunuh
didalam ceritanya.
-
Apakah
disaat ia membunuh ada peristiwa yang sedang berlangsung… peristiwa yang ku
maksud, seperti perseteruan kalangan murid, tawuran, atau yang berhubungan
dengan konflik hubungan dari siswa ke siswa itu sendiri.
-
Itu
benar, jika dihitung dari suara “mayoritasnya”
-
Ahh,
kesimpulanku malah berbeda denga napa yang kuharapkan. Menurutku, apakah ada
yang menggunakan jasanya sebagai alat untuk balas dendam kepada orang lain?
Sepertinya beberapa yang kau singgung diatas tadi, akurasi menurun.
-
Dan
aku baru mengambil alih psikolognya pada saat ia memasuki semester keempat
kemarin. Dulu aku tidak ditugaskan untuk memeriksa psikolog diruangan kelasnya.
Sepertinya ada salah satu tim konselor yang mengetahui “histori” nya pada saat
kelas sepuluh, jadi. Aku hanya mengamatinya 9 bulan. Dan kau tau, sebenarnya
aku tidak fokus kepada satu siswa saja, melainkan harus mengurusi 35 anank
remaja.
-
Kukira
kau sudah lama menganalisis kondisinya seperti apa… baiklah, sepertinya waktu
kunsebentar lagi akan habis.
-
Sulit
jika hanya menebak – nebak, dan rumor yang beredar sejak ia masuk sendiri
sebenarnya diceritakan oleh pendahuku yang ditugaskan diruangan kelas yang sama.
-
Waktuku
sudah habis, kapan – kapan jika aku mempunyai waktu, aku akan kesini lagi, dan
kita akan membahas lanjutannya dipertemuan kedua.
-
Ya,
selamat tinggal.